Millenial dan Nilai-Nilai yang Dikandungnya. Monetisasi adalah Jalan Ninja Kami!

Tren saat ini adalah yang online online dan apapun yang ditempeli dengan kata digital. Bisa juga disingkat dengan sebutan Milenial. Ya.. apapun yang terjadi saat ini dianggap sebagai “kesalahan” Milenial.

Jujur saya sangat jengah dengan penggunaan kata milenial. Tak hanya berlebihan, kebanyakan juga mengandung konotasi negatif. Padahal kenyamanan yang didapatkan dari teknologi, kita nikmati bersama. Mulai dari orang tua Milenial, si Baby Boomers, orang tua Gen Z, si Gen X, dan generasi selanjutnya.

Sekarang kita telisik dulu apa yang dimaksud dengan digital. Apakah perusahaan yang karyawannya boleh pakai celana denim, sepatu kets dan kerja dari rumah termasuk perusahaan digital? Apakah lembaga pendidikan yang setor tugasnya bisa lewat pesan atau surat elektronik berarti sudah digital?

Faktanya digitalisasi 73% terjadi karena tekanan dari anak buah dan kompetitor.

Digitalisasi dianggap bisa lebih efektif dan efisien. Meskipun demikian bisa disimpulkan bahwa sebenarnya masih banyak dari kita yang ikut-ikutan digital padahal tidak benar-benar butuh. Hence.. digital transformation is not for everyone.

Lalu bagaimana memanfaatkan momentum maraknya digitalisasi? Apakah kita perlu sepenuhnya melakukan digital transformasi? Hendak paralel atau terintegrasi? Nah.. sebelum menjawabnya ada baiknya kita melek digital terlebih dahulu. Pemahaman kita akan mainan baru ini memberikan peluang untuk bisa memanfaatkannya secara maksimal.

Berdasarkan KBBI, literasi digital adalah kemampuan untuk memahami informasi berbasis komputer.

Dalam skala perusahaan, digital transformasi harus dilakukan secara top down bukan horizontal apalagi bottom up. Untuk skala individu tentu saja dimulai dari seberapa smart kita menggunakan smartphone. Hal tersebut bisa ditandai dari seberapa seringnya kita menyebarkan hoaks. Pastikan selalu ingatkan diri kita untuk disiplin melakukan “saring sebelum sharing”.

Kemampuan membaca tren dan memanfaatkan momentum ini tentunya tidak bisa instan. Mesti diasah dan butuh waktu. Maka dari itu saya senang sekali saat KUBBU BPJ membuat Karnaval, karya tahunan dan festival literasi.

Tidak tanggung-tanggung saya mengikuti tiga lomba sekaligus yaitu: kupat tahu (semacam permainan cerdas cermat), membaca cerita pendek dan kompetisi blog. Doakan saya menang diketiganya ya gaes! Aaamiiin.

Baca juga: Aku Ngeblog Maka Aku Ada.

BPJ adalah Backpacker Jakarta dan saya merupakan salah satu anggotanya. Lebih spesifik lagi saya tergabung dalam KUBBU (Klub Blogger dan Buku). Salah satu kelemahan saya bisa diasah di sini, yaitu ngeblog.

Bahkan sebelum Karnaval, saya ikut workshop KUBBU BPJ selama 3 hari Minggu berturut-turut. Dikenalkan apa itu blog, konten, SEO, SEM, dll. Setelah itu kami juga dibantu untuk punya hosting dan domain sendiri, mendandaninya serta memonetisasinya!

Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.

-Wikipedia.

Tidak sampai di situ kami juga dipancing secara reguler untuk membuat konten di blog agar statistik blognya bagus, seperti statistiknya blog KUBBU. Statistik ini penting karena jika dikelola dengan baik dapat menghasilkan pundi-pundi emas bagi kita.

Podcast diramalkan akan bersinar di 2020.

Ini tentu saja sejalan dengan tujuan literasi digital, bahkan bisa saya bilang lebih dari itu. Statistik blog yang bagus tentu saja berdampak ke media sosial lain yang kita miliki. Artinya potensi kita mendapatkan penghasilan dari sekian akun media sosial yang kita miliki makin besar!

Besaran ini akan membawa angin segar untuk membiayai gaya hidup so called millennials yang mengutamakan pengalaman seperti: jalan-jalan dan kulineran. Nantinya aktivitas tersebut bisa dibuat sebagai konten media sosial yang dapat dimonetisasi. Ini bakal jadi lingkaran malaikat yang tentu saja bikin ketagihan.

Baca juga: 7.5 Months as an Indonesian Female Solo Traveler.

Mengutip Bapak Penjualan Indonesia Hermawan Kertajaya “machine is cool but human is warm”. Mengkombinasikan keduanya akan membuat hasilnya lebih masif. Akhir kata, manfaatkan privilege ini dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan yang lebih besar.